Di Bulan Mei-Juli, cuaca dan iklim di Melbourne adalah “winter”. Saya sebagai orangtua tak menyukai udara dingin. Udara dingin bukanlah waktu yang tepat untuk
datang ke Melbourne. Sangat merepotkan
untuk memakai baju yang tebal. Bagi orangtua seperti saya, harus memakai tiga lapis tebalnya, longjohn,
baju sweater, mantel plus syaal. Tidak enak untuk jalan-jalan pada waktu winter. Tidak dapat melihat keindahan wisata
pantai, kebun binatang, atau penguin.
Namun,
ada hal yang penting dan mendesak saya
dan suami harus datang ke Melbourne.
Anak saya yang kuliah di Melbourne menghadapi kesulitan dengan personal
komputer yang sering “hang” dan harus belajar singkat tentang kamera yang
canggih dari ayahnya.
2 minggu sebelum rencana keberangkatan,
anak saya telah minta kepada kami untuk dibawakan wajan kecil untuk penggoreng telor dan kombinasi colokan listrik . Disana harganya sangat mahal dan kualitasnya
belum tentu baik karena sekarang Melbourne juga banyak mengimpor barang dari
Cina. Kami berbelanja kedua
barang itu langganan toko kami, Ace Hardware Bintaro. Setelah mendapatkan kedua barang itu, kami
langsung menyimpan dalam koper.
Keberangkatan
kami dengan Garuda pada malam hari itu sangat mengejutkan. Ketika menunggu di ruang tunggu saya sempat
bingung kenapa jumlah penumpang begitu sedikit. Apakah saya salah masuk ruang
tunggu? Petugas counter meyakinkan saya bahwa benar tempat
tunggunya. Kekagetan saya ternyata
terjawab. Memang benar penumpang malam
itu hanya sekitar 30 orang. Terlihat kosong , Airbus yang begitu besar,
hanya terisi 30 penumpang.
Saya
dan suami mendapat tempat duduk yang sangat sempit di tempat dekat jendela. Kesempatan yang baik saya gunakan untuk minta
ijin kepada pramugari apakah boleh pindah tempat. Setelah diijinkan, kami pindah ke tempat di
tengah , lima seat dibuka menjadi satu , kami masing-masing dapat merebahkan
diri untuk tidur. Alangkah enak dan nikmatnya dapat tidur terlentang. Saking nikmatnya, suami saya yang tidur dengan berubah-ubah
posisi, tidak merasa ketika dompetnya
jatuh dari kantong celana jeannya.
Sesampai
di bandara Melbourne, Tulamarine, kami mengambil taxi untuk segera menuju
apartemen tempat kami akanmenginap. Di
tengah perjalanan, suami saya berteriak, “dompetku, dompetku”. Ternyata dompetnya yang berisi dokumen
berharga seperti, KTP, kartu kredit dan ATM serta uang jatuh dan tertinggal di pesawat Garuda. Panik, muka pucat dan kaget menyergap seluruh
tubuhnya. Segera minta supir taxi untuk kembali ke bandara. Beruntung supir taxi mau menunggu
(seharusnya taxi tak boleh menunggu, dia harus minta ijin kepada petugas
bandara). Kami harus berlari-lari mencari counter “Lost and Claim Baggage”. Tidak ada karena Garuda tak memilikinya. Akhirnya setelah berlari dari satu ke counter
lain, kami menemukannya. Kami diterima oleh petugas yang sigap melayani. Dia minta kami menuliskan laporan
kehilangan. Segera dia menghubungi
rekannya di lapangan dengan walki talki.
Setelah pembicaraan, ternyata kami
harus pulang dulu. Ketika tiba
di depan apartemen, jarak antara bandara dengan apartemen sekitar 30 menit,
kami mendapat telpon, bahwa dompet telah ditemukan. Senang tetapi
masih was was apakah isi dompet utuh atau tidak.
Keesokan
harinya kami harus datang ke bandara kembali.
Namun, kami tidak mendapat kesulitan untuk transportasi ke bandara .
Dengan menumpang shuttle bus “Skybus”,
bersih dan nyaman serta waktu tempuh yang sangat tepat , 20 menit, kami
tiba di bandara. Setelah bertemu
petugas, memverifikasi paspor suami,
petugas segera menyerahkan dompet. Ketika dibuka ternyata semuanya masih
utuh. Kami mengucapkan syukur.
Dari
Bandara kami akan kembali ke City dengan
shuttle bus. Setelah tiba di Central City, kami
naik train d jurusan menuju ke
Glenferri. Namun, karena anak
saya berpisah dengan kami, kami hanya diberitahukan nomer dari platform. Ketika kereta tiba, kami segera masuk dan
duduk dengan manisnya. Tanpa sadar kami seharusnya turun di suatu tempat untuk ganti kereta yang menuju ke Glenferri , kami
ternyata ikut train yang salah sampai pemberhentian terakhir. Setelah jauh, kami baru menyadari jika kami salah
menaiki train. Terpaksa, kami harus
melihat map dari jalur jalur train .
Kami harus cermat melihat dimana kami harus turun dan berganti dengan
train. Pengalamanan yang sangat berharga karena
kami harus cermat dan tahu jalur jalur
dari train sesuai dengan perjalanan.
Perjalanan kali ini ke Melbourne tanpa dapat jalan-jalan ke
tempat wisata, tetapi kami sangat merasakan banyak hal yang tak pernah kami
alami sebelumnya, nyaris kehilangan, nyaris kesasar., kehilangan waktu yang sangat singkat. Akhirnya, kami boleh
mengucapkan syukur perjalanan selamat dan dompet dapat kembali dengan selamat
dan utuh.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Tulis: "When Travelling Gone Wrong" yang diadakan oleh
Ace Hardware Indonesia: Silahkan Klik :
Di Bulan Mei-Juli, cuaca dan iklim di Melbourne adalah “winter”. Saya sebagai orangtua tak menyukai udara dingin. Udara dingin bukanlah waktu yang tepat untuk
datang ke Melbourne. Sangat merepotkan
untuk memakai baju yang tebal. Bagi orangtua seperti saya, harus memakai tiga lapis tebalnya, longjohn,
baju sweater, mantel plus syaal. Tidak enak untuk jalan-jalan pada waktu winter. Tidak dapat melihat keindahan wisata
pantai, kebun binatang, atau penguin.
Namun,
ada hal yang penting dan mendesak saya
dan suami harus datang ke Melbourne.
Anak saya yang kuliah di Melbourne menghadapi kesulitan dengan personal
komputer yang sering “hang” dan harus belajar singkat tentang kamera yang
canggih dari ayahnya.
2 minggu sebelum rencana keberangkatan,
anak saya telah minta kepada kami untuk dibawakan wajan kecil untuk penggoreng telor dan kombinasi colokan listrik . Disana harganya sangat mahal dan kualitasnya
belum tentu baik karena sekarang Melbourne juga banyak mengimpor barang dari
Cina. Kami berbelanja kedua
barang itu langganan toko kami, Ace Hardware Bintaro. Setelah mendapatkan kedua barang itu, kami
langsung menyimpan dalam koper.
Keberangkatan
kami dengan Garuda pada malam hari itu sangat mengejutkan. Ketika menunggu di ruang tunggu saya sempat
bingung kenapa jumlah penumpang begitu sedikit. Apakah saya salah masuk ruang
tunggu? Petugas counter meyakinkan saya bahwa benar tempat
tunggunya. Kekagetan saya ternyata
terjawab. Memang benar penumpang malam
itu hanya sekitar 30 orang. Terlihat kosong , Airbus yang begitu besar,
hanya terisi 30 penumpang.
Saya
dan suami mendapat tempat duduk yang sangat sempit di tempat dekat jendela. Kesempatan yang baik saya gunakan untuk minta
ijin kepada pramugari apakah boleh pindah tempat. Setelah diijinkan, kami pindah ke tempat di
tengah , lima seat dibuka menjadi satu , kami masing-masing dapat merebahkan
diri untuk tidur. Alangkah enak dan nikmatnya dapat tidur terlentang. Saking nikmatnya, suami saya yang tidur dengan berubah-ubah
posisi, tidak merasa ketika dompetnya
jatuh dari kantong celana jeannya.
Sesampai
di bandara Melbourne, Tulamarine, kami mengambil taxi untuk segera menuju
apartemen tempat kami akanmenginap. Di
tengah perjalanan, suami saya berteriak, “dompetku, dompetku”. Ternyata dompetnya yang berisi dokumen
berharga seperti, KTP, kartu kredit dan ATM serta uang jatuh dan tertinggal di pesawat Garuda. Panik, muka pucat dan kaget menyergap seluruh
tubuhnya. Segera minta supir taxi untuk kembali ke bandara. Beruntung supir taxi mau menunggu
(seharusnya taxi tak boleh menunggu, dia harus minta ijin kepada petugas
bandara). Kami harus berlari-lari mencari counter “Lost and Claim Baggage”. Tidak ada karena Garuda tak memilikinya. Akhirnya setelah berlari dari satu ke counter
lain, kami menemukannya. Kami diterima oleh petugas yang sigap melayani. Dia minta kami menuliskan laporan
kehilangan. Segera dia menghubungi
rekannya di lapangan dengan walki talki.
Setelah pembicaraan, ternyata kami
harus pulang dulu. Ketika tiba
di depan apartemen, jarak antara bandara dengan apartemen sekitar 30 menit,
kami mendapat telpon, bahwa dompet telah ditemukan. Senang tetapi
masih was was apakah isi dompet utuh atau tidak.
Keesokan
harinya kami harus datang ke bandara kembali.
Namun, kami tidak mendapat kesulitan untuk transportasi ke bandara .
Dengan menumpang shuttle bus “Skybus”,
bersih dan nyaman serta waktu tempuh yang sangat tepat , 20 menit, kami
tiba di bandara. Setelah bertemu
petugas, memverifikasi paspor suami,
petugas segera menyerahkan dompet. Ketika dibuka ternyata semuanya masih
utuh. Kami mengucapkan syukur.
Dari
Bandara kami akan kembali ke City dengan
shuttle bus. Setelah tiba di Central City, kami
naik train d jurusan menuju ke
Glenferri. Namun, karena anak
saya berpisah dengan kami, kami hanya diberitahukan nomer dari platform. Ketika kereta tiba, kami segera masuk dan
duduk dengan manisnya. Tanpa sadar kami seharusnya turun di suatu tempat untuk ganti kereta yang menuju ke Glenferri , kami
ternyata ikut train yang salah sampai pemberhentian terakhir. Setelah jauh, kami baru menyadari jika kami salah
menaiki train. Terpaksa, kami harus
melihat map dari jalur jalur train .
Kami harus cermat melihat dimana kami harus turun dan berganti dengan
train. Pengalamanan yang sangat berharga karena
kami harus cermat dan tahu jalur jalur
dari train sesuai dengan perjalanan.
Perjalanan kali ini ke Melbourne tanpa dapat jalan-jalan ke
tempat wisata, tetapi kami sangat merasakan banyak hal yang tak pernah kami
alami sebelumnya, nyaris kehilangan, nyaris kesasar., kehilangan waktu yang sangat singkat. Akhirnya, kami boleh
mengucapkan syukur perjalanan selamat dan dompet dapat kembali dengan selamat
dan utuh.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Tulis: "When Travelling Gone Wrong" yang diadakan oleh
Ace Hardware Indonesia: Silahkan Klik :