Rabu, 03 Juli 2013

NYARIS KEHILANGAN BARANG BERHARGA



Di Bulan Mei-Juli,  cuaca dan iklim di Melbourne adalah “winter”.   Saya sebagai orangtua tak menyukai udara dingin.     Udara dingin bukanlah waktu yang tepat untuk datang ke Melbourne.  Sangat merepotkan untuk  memakai baju yang tebal.  Bagi orangtua seperti saya,  harus memakai tiga lapis tebalnya, longjohn, baju sweater,  mantel plus syaal.    Tidak enak untuk jalan-jalan  pada waktu winter.  Tidak dapat melihat keindahan wisata pantai,  kebun binatang, atau penguin.

Namun, ada hal yang penting  dan mendesak saya dan suami harus datang ke Melbourne.  Anak saya yang kuliah di Melbourne menghadapi kesulitan dengan personal komputer yang sering “hang” dan harus belajar singkat tentang kamera yang canggih dari ayahnya.

2 minggu sebelum rencana keberangkatan,  anak saya telah minta kepada kami untuk dibawakan  wajan kecil untuk penggoreng telor dan  kombinasi colokan listrik .   Disana harganya sangat mahal dan kualitasnya belum tentu baik karena sekarang Melbourne juga banyak mengimpor barang dari Cina.   Kami berbelanja  kedua barang itu langganan toko kami,   Ace Hardware Bintaro.    Setelah mendapatkan kedua barang itu, kami langsung menyimpan dalam koper.

Keberangkatan kami dengan Garuda pada malam hari itu sangat mengejutkan.  Ketika menunggu di ruang tunggu saya sempat bingung kenapa jumlah penumpang begitu sedikit. Apakah saya salah masuk ruang tunggu?   Petugas counter  meyakinkan saya bahwa benar tempat tunggunya.   Kekagetan saya ternyata terjawab. Memang benar penumpang  malam itu  hanya sekitar 30 orang.  Terlihat kosong , Airbus yang begitu besar, hanya terisi  30 penumpang.
  
Saya dan suami mendapat tempat duduk yang sangat sempit di tempat  dekat jendela.  Kesempatan yang baik saya gunakan untuk minta ijin kepada pramugari apakah boleh pindah tempat.  Setelah diijinkan, kami pindah ke tempat di tengah , lima seat dibuka menjadi satu , kami masing-masing dapat merebahkan diri untuk tidur. Alangkah enak dan nikmatnya dapat tidur terlentang.    Saking nikmatnya,  suami saya yang tidur dengan berubah-ubah posisi,  tidak merasa ketika dompetnya jatuh dari kantong celana jeannya.

Sesampai di bandara Melbourne, Tulamarine, kami mengambil taxi untuk segera menuju apartemen tempat kami akanmenginap.  Di tengah perjalanan, suami saya berteriak, “dompetku, dompetku”.  Ternyata dompetnya yang berisi dokumen berharga seperti, KTP, kartu kredit dan ATM serta uang  jatuh dan tertinggal di pesawat Garuda.  Panik, muka pucat dan kaget menyergap seluruh tubuhnya. Segera minta supir taxi untuk kembali ke bandara.    Beruntung supir taxi mau menunggu (seharusnya taxi tak boleh menunggu, dia harus minta ijin kepada petugas bandara). Kami harus berlari-lari mencari counter  “Lost and Claim Baggage”.  Tidak ada karena Garuda tak memilikinya.  Akhirnya setelah berlari dari satu ke counter lain, kami menemukannya. Kami diterima oleh petugas yang  sigap melayani.  Dia minta kami menuliskan laporan kehilangan.  Segera dia menghubungi rekannya di lapangan dengan walki talki.  Setelah pembicaraan, ternyata kami  harus pulang dulu.   Ketika tiba di depan apartemen, jarak antara bandara dengan apartemen sekitar 30 menit, kami mendapat telpon, bahwa dompet telah ditemukan.  Senang tetapi  masih was was apakah isi dompet utuh atau tidak.

Keesokan harinya kami harus datang ke bandara kembali.  Namun, kami tidak mendapat kesulitan untuk transportasi ke bandara . Dengan menumpang shuttle bus “Skybus”,  bersih dan nyaman serta waktu tempuh yang sangat tepat , 20 menit, kami tiba di bandara.  Setelah bertemu petugas, memverifikasi  paspor suami, petugas segera menyerahkan dompet. Ketika dibuka ternyata semuanya masih utuh.  Kami mengucapkan syukur.

Dari Bandara kami akan kembali ke City  dengan shuttle bus. Setelah  tiba di Central City, kami naik  train d jurusan  menuju ke  Glenferri.  Namun, karena anak saya berpisah dengan kami, kami hanya diberitahukan nomer  dari platform.    Ketika kereta tiba, kami segera masuk dan duduk dengan manisnya.   Tanpa sadar kami seharusnya turun di suatu tempat untuk ganti kereta yang menuju ke Glenferri , kami ternyata  ikut train yang salah sampai pemberhentian terakhir.  Setelah jauh,   kami  baru menyadari jika kami  salah menaiki train.  Terpaksa, kami harus melihat map dari jalur jalur train .   Kami harus cermat melihat dimana kami harus turun dan berganti dengan train.    Pengalamanan yang sangat berharga karena kami harus cermat dan  tahu jalur jalur dari train sesuai dengan perjalanan.
 

Perjalanan kali ini  ke Melbourne tanpa dapat jalan-jalan  ke tempat wisata, tetapi kami sangat merasakan banyak hal yang tak pernah kami alami sebelumnya, nyaris kehilangan, nyaris kesasar., kehilangan waktu yang sangat singkat. Akhirnya, kami boleh mengucapkan syukur perjalanan selamat dan dompet dapat kembali dengan selamat dan utuh.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Tulis:  "When Travelling Gone Wrong" yang diadakan oleh
Ace Hardware Indonesia:  Silahkan Klik :





Di Bulan Mei-Juli,  cuaca dan iklim di Melbourne adalah “winter”.   Saya sebagai orangtua tak menyukai udara dingin.     Udara dingin bukanlah waktu yang tepat untuk datang ke Melbourne.  Sangat merepotkan untuk  memakai baju yang tebal.  Bagi orangtua seperti saya,  harus memakai tiga lapis tebalnya, longjohn, baju sweater,  mantel plus syaal.    Tidak enak untuk jalan-jalan  pada waktu winter.  Tidak dapat melihat keindahan wisata pantai,  kebun binatang, atau penguin.

Namun, ada hal yang penting  dan mendesak saya dan suami harus datang ke Melbourne.  Anak saya yang kuliah di Melbourne menghadapi kesulitan dengan personal komputer yang sering “hang” dan harus belajar singkat tentang kamera yang canggih dari ayahnya.

2 minggu sebelum rencana keberangkatan,  anak saya telah minta kepada kami untuk dibawakan  wajan kecil untuk penggoreng telor dan  kombinasi colokan listrik .   Disana harganya sangat mahal dan kualitasnya belum tentu baik karena sekarang Melbourne juga banyak mengimpor barang dari Cina.   Kami berbelanja  kedua barang itu langganan toko kami,   Ace Hardware Bintaro.    Setelah mendapatkan kedua barang itu, kami langsung menyimpan dalam koper.

Keberangkatan kami dengan Garuda pada malam hari itu sangat mengejutkan.  Ketika menunggu di ruang tunggu saya sempat bingung kenapa jumlah penumpang begitu sedikit. Apakah saya salah masuk ruang tunggu?   Petugas counter  meyakinkan saya bahwa benar tempat tunggunya.   Kekagetan saya ternyata terjawab. Memang benar penumpang  malam itu  hanya sekitar 30 orang.  Terlihat kosong , Airbus yang begitu besar, hanya terisi  30 penumpang.
  
Saya dan suami mendapat tempat duduk yang sangat sempit di tempat  dekat jendela.  Kesempatan yang baik saya gunakan untuk minta ijin kepada pramugari apakah boleh pindah tempat.  Setelah diijinkan, kami pindah ke tempat di tengah , lima seat dibuka menjadi satu , kami masing-masing dapat merebahkan diri untuk tidur. Alangkah enak dan nikmatnya dapat tidur terlentang.    Saking nikmatnya,  suami saya yang tidur dengan berubah-ubah posisi,  tidak merasa ketika dompetnya jatuh dari kantong celana jeannya.

Sesampai di bandara Melbourne, Tulamarine, kami mengambil taxi untuk segera menuju apartemen tempat kami akanmenginap.  Di tengah perjalanan, suami saya berteriak, “dompetku, dompetku”.  Ternyata dompetnya yang berisi dokumen berharga seperti, KTP, kartu kredit dan ATM serta uang  jatuh dan tertinggal di pesawat Garuda.  Panik, muka pucat dan kaget menyergap seluruh tubuhnya. Segera minta supir taxi untuk kembali ke bandara.    Beruntung supir taxi mau menunggu (seharusnya taxi tak boleh menunggu, dia harus minta ijin kepada petugas bandara). Kami harus berlari-lari mencari counter  “Lost and Claim Baggage”.  Tidak ada karena Garuda tak memilikinya.  Akhirnya setelah berlari dari satu ke counter lain, kami menemukannya. Kami diterima oleh petugas yang  sigap melayani.  Dia minta kami menuliskan laporan kehilangan.  Segera dia menghubungi rekannya di lapangan dengan walki talki.  Setelah pembicaraan, ternyata kami  harus pulang dulu.   Ketika tiba di depan apartemen, jarak antara bandara dengan apartemen sekitar 30 menit, kami mendapat telpon, bahwa dompet telah ditemukan.  Senang tetapi  masih was was apakah isi dompet utuh atau tidak.

Keesokan harinya kami harus datang ke bandara kembali.  Namun, kami tidak mendapat kesulitan untuk transportasi ke bandara . Dengan menumpang shuttle bus “Skybus”,  bersih dan nyaman serta waktu tempuh yang sangat tepat , 20 menit, kami tiba di bandara.  Setelah bertemu petugas, memverifikasi  paspor suami, petugas segera menyerahkan dompet. Ketika dibuka ternyata semuanya masih utuh.  Kami mengucapkan syukur.

Dari Bandara kami akan kembali ke City  dengan shuttle bus. Setelah  tiba di Central City, kami naik  train d jurusan  menuju ke  Glenferri.  Namun, karena anak saya berpisah dengan kami, kami hanya diberitahukan nomer  dari platform.    Ketika kereta tiba, kami segera masuk dan duduk dengan manisnya.   Tanpa sadar kami seharusnya turun di suatu tempat untuk ganti kereta yang menuju ke Glenferri , kami ternyata  ikut train yang salah sampai pemberhentian terakhir.  Setelah jauh,   kami  baru menyadari jika kami  salah menaiki train.  Terpaksa, kami harus melihat map dari jalur jalur train .   Kami harus cermat melihat dimana kami harus turun dan berganti dengan train.    Pengalamanan yang sangat berharga karena kami harus cermat dan  tahu jalur jalur dari train sesuai dengan perjalanan.
 

Perjalanan kali ini  ke Melbourne tanpa dapat jalan-jalan  ke tempat wisata, tetapi kami sangat merasakan banyak hal yang tak pernah kami alami sebelumnya, nyaris kehilangan, nyaris kesasar., kehilangan waktu yang sangat singkat. Akhirnya, kami boleh mengucapkan syukur perjalanan selamat dan dompet dapat kembali dengan selamat dan utuh.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Tulis:  "When Travelling Gone Wrong" yang diadakan oleh
Ace Hardware Indonesia:  Silahkan Klik :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar